Berikan dukungan kepada kami dengan cara donasi. Klik Disini

Chapter 3 | Bayang-bayang dibalik jendela

 


Arman menghabiskan sebagian besar malam mempelajari buku tua yang diberikan Maria. Cahaya senter yang mulai redup tak menyurutkan semangatnya untuk mengungkap misteri yang tersembunyi di dalamnya. Setiap halaman menawarkan petunjuk, teka-teki, dan simbol-simbol yang semakin membingungkan. Namun, peta di salah satu halaman menarik perhatiannya secara khusus. Peta itu menunjukkan beberapa titik di sekitar rumah, salah satunya adalah ruang bawah tanah yang terletak di bawah rumah.


Pagi mulai menyingsing ketika Arman akhirnya memutuskan untuk turun ke ruang bawah tanah. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum membuka pintu kayu yang berat di lantai dapur. Tangga kayu yang berderit di setiap langkahnya membuat bulu kuduknya meremang. Udara di bawah semakin dingin dan lembap, membawa aroma tanah basah yang kuat.


Setibanya di bawah, ia menemukan sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan barang-barang tua dan perabotan yang sudah rusak. Cahaya dari senternya menerangi rak-rak penuh buku dan kotak-kotak berdebu. Di salah satu sudut, ia melihat sebuah peti kayu yang tampak mencurigakan. Peti itu tertutup rapat dengan gembok besar yang berkarat.


Arman merogoh saku jas hujannya, berharap menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk membuka gembok itu. Namun, tidak ada yang cukup kuat untuk memecahkan kunci tersebut. Ia mengedarkan pandangan, mencari alat yang mungkin bisa membantu. Di dekat rak buku, ia menemukan sebuah palu tua yang tampaknya masih cukup kokoh.


Dengan usaha keras, Arman memukul gembok itu beberapa kali sampai akhirnya terbuka. Peti kayu itu berderit saat dibuka, memperlihatkan isi di dalamnya. Tumpukan surat-surat kuno, sebuah jurnal tebal, dan beberapa foto hitam-putih yang sudah menguning. Ia mengambil jurnal itu dan mulai membacanya. Jurnal tersebut milik seseorang bernama Jonathan, yang tampaknya adalah suami Maria.


Dari catatan Jonathan, Arman mengetahui bahwa Jonathan dan Maria adalah pasangan yang sangat bahagia. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Maria mengalami penyakit misterius yang membuatnya sering berhalusinasi dan berbicara tentang bayang-bayang yang menghantuinya. Jonathan, yang sangat mencintai Maria, berusaha mencari cara untuk menyembuhkan istrinya. Ia mencatat setiap percobaan yang ia lakukan, termasuk mempelajari ilmu gaib dan ritual kuno yang ditemukannya di buku-buku tua.


Salah satu entri di jurnal itu menarik perhatian Arman. Jonathan menulis tentang sebuah cermin yang diyakini bisa menghubungkan dunia manusia dengan dunia roh. Ia meyakini bahwa bayang-bayang yang dilihat Maria adalah roh yang terperangkap di dalam cermin tersebut. Jonathan mencoba melakukan ritual untuk membebaskan roh itu, namun sesuatu yang mengerikan terjadi. Maria menghilang pada malam ritual itu, dan Jonathan tidak pernah melihatnya lagi.


Arman menutup jurnal itu dengan tangan gemetar. Semua petunjuk ini mulai terhubung, namun ia masih belum tahu bagaimana caranya membebaskan Maria. Ia merasa bahwa cermin yang disebutkan Jonathan mungkin masih ada di suatu tempat di rumah ini. Dengan tekad yang bulat, ia kembali ke lantai atas, menuju kamar tempat ia pertama kali bertemu dengan Maria.


Di kamar itu, ia melihat cermin besar yang tergantung di dinding. Cermin itu tampak biasa saja, namun Arman merasa ada sesuatu yang aneh dengan bayangannya sendiri di cermin tersebut. Ia mendekat, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut. Tiba-tiba, bayangan Maria muncul di cermin itu, seolah-olah memanggilnya.


“Arman, cermin ini adalah kunci. Pecahkan cermin ini, dan kamu akan membebaskan roh yang terperangkap,” suara Maria bergema di ruangan itu.


Arman ragu sejenak, namun ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara. Ia mengambil palu yang masih dipegangnya dan dengan satu hentakan kuat, ia memecahkan cermin itu. Suara pecahan kaca memenuhi ruangan, diikuti oleh hembusan angin dingin yang menyapu wajahnya. Bayangan Maria menghilang, namun Arman merasakan kelegaan yang aneh di dalam hatinya.


Saat pecahan kaca berjatuhan ke lantai, Arman melihat sebuah cahaya terang keluar dari cermin yang hancur. Cahaya itu semakin terang, hingga akhirnya meredup dan hilang sama sekali. Arman jatuh terduduk, kelelahan dan penuh emosi. Ia tahu bahwa ia telah melakukan sesuatu yang besar, namun perjalanan ini belum selesai. Masih ada banyak misteri yang harus diungkap dan kebenaran yang harus ditemukan.


Dengan semangat baru, Arman bertekad untuk melanjutkan pencariannya. Ia tahu bahwa apa yang telah dimulainya malam ini akan membawanya pada petualangan yang lebih dalam dan menantang, namun ia siap untuk mengh

adapi apa pun yang datang.

Baca Juga